UAS Hanya Formalitas, Mahasiswa Dipaksa Menyelesaikan Seluruh Matkul Dalam Satu Waktu

 

Sumber: images.app


Ujian akhir semester telah terlaksana beberapa Minggu lalu sesuai semestinya. Jika kita mangacu pada kalender akadamik yang sudah tersusun rapih pada ajaran baru tahun lalu, bagi sebagian mahasiswa yang lulus maka ia akan tersenyum lebar seperti halnya mekarnya sayap kupu kupu dewasa yang telah selesai masa transformasi dari larva, kepompong hingga keluar untuk membentangkan sayapnya.

Hal tersebut tentu saja hanya dirasakan bagi mereka yang lulus secara administrasi kampus, bagi mereka yang tidak lulus dengan sedikit atau banyaknya tunggakan tentu hanya bisa terdiam memikirkan beribu cara agar ia tetap bisa mempertahankan nilainya supaya mereka bisa tetap melanjutkan perkuliahan, mengingat bahwa ada beberapa kebijakan yang kampus keluarkan tapi jika kita lihat dan kaji lebih dalam kebijakan tersebut belumlah matang. Pihak kampus mewajibkan lunas pembayaran nol persen bagi seluruh mahasiswa yang hendak mengakhiri semester genapnya, tanpa toleransi tanpa memikirkan apakah tepat hal tersebut ketika diterapkan secara merata sekaligus.

Pada kenyataannya hampir 50% dari mahasiswa yang tidak bisa mengikuti ujian akhir semester dengan beraneka ragam kekurangan administrasinya dan tanpa adanya toleransi sedikitpun dari pihak kampus, mereka dipaksa untuk melunasinya. Hal tersebut boleh saja mudah bagi mahasiswa yang masih berada di semester awal, tapi apakah terbesit dalam pikiran bagaimana mereka yang ada di semester akhir dengan banyaknya jumlah tunggakanya?

Lunasin? Kita semua yakin bahwa mereka pun memiliki perasaan dan tentunya terus memikirkan cara bagaimana untuk melunasi tunggakanya, tapi apakah adanya syarat 0% tagihan pembayaran adalah sebagai cara satu satunya untuk menekan mereka guna membayar? Kami rasa tidak!

Belum lagi solusi yang diberikan dari awal kebijakan berlaku, tidak adanya kejelasan, mereka yang tidak bisa mengikuti ujian pada waktu yang ditentukan seolah di anak tirikan, mereka dipaksa mengikuti ujian susulan yang harus dilaksanakan dalam satu hari penuh, kita bukan mesin yang harus menyelesaikan 10 mata kuliah hanya dalam waktu yang kurang dari 6 jam saja, atau apakah memang ujian tersebut hanya sebatas formalitas? belum lagi lembar yang diberikan hanya berupa kertas foto copy dari lembar yang mahasiswa normal pakai ketika ujian diwaktu yang tepat, rasa rasanya tidak sebanding dengan apa yang harus kita keluarkan untuk membayar biaya ujian per mata kuliah. Belum lagi dilema terkait sistem penilaiannya yang masih menjadi pertanyaan, apakah mereka yang ujian susulan akan mendapat nilai yang sama pada umumnya mahasiswa, atau justru di anak tirikan lagi dengan anggapan mereka ujian susulan! Bukan ujian pada waktunya!

Hal tersebutlah yang kemudian menimbulkan spekulasi bahwa mana yang kampus utamakan? Hanya adminstrasi yang tertata kah dengan para mahasiswa yang bersih tunggakan dan patuh tanpa nalar kritis, atau pendidikan dan pengetahuannya sesuai moto "Ramah di lokal handal diglobal " akhh saya lupa, RAMAH DILOKAL.

Kita berbicara fakta bukan hanya sekedar cerita! Apa yang kampus berikan belumlah sebanding dengan tuntutan mereka yang harus disegerakan, mahasiswa harus melunasi tagihan pembayaran akan tetapi proses pembelajaran masih semrawut, banyak kelas kelas yang kosong ditinggal dosen yang tak bertanggung jawab, banyak mahasiswa yang hanya menjadi pelengkap yang mengandalkan tulisan dan ppt saat presentasi tanpa berusaha untuk memahami terlebih dahulu apa yang akan mereka sampaikan didepan teman temannya.

Kita berbicara fakta, bukan hanya sekedar cerita! Kampus terlalu sering memberikan iming iming barokah atas sebuah perjalanan pembelajaran kita, wal hasil mereka yang kritis akan dibayang bayangi oleh oknum yang tak terima atas hal tersebut.

Kita peduli pada kampus, kita bukan kriminal, bukan penjajah yang ketika bersuara langsung diintimidasi, kita semua sama, MAHASISWA INSTITUT AGAMA ISLAM BAKTI NEGARA TEGAL yang satu sama lain memiliki hak sama, hak pembelajaran yang layak, fasilitas yang layak, dan ilmu pengetahuan yang sudah semestinya kita terima.


Penulis: Escho

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama