Tinta Mekar lailatul Qadar
![]() |
Pict By : Ahmad zarkasih |
Puasa, kita merapat antara napas
yang haus dengan lisan
pada rima dan nada di kekosongan
Aku tak peduli mendung itu kelabu,
atau bahkan gerimis menertawaiku
sebab aku lebih suka tenggelam
dalam diam!
Puasa, tahukah kamu?
Aku menemukan binar tumbuh
antara dua belah kelopak mawar itu
ada diam; ada rindu; ada doa
dan keikhklasan, serupa
wujud angin diam-diam
selalu membersamai
dalam ketiadaan
Hingga tadi malam,
aku dikunjungi badai
beserta dentum petir menggelegar
ia bercakap dengan batinku:
sia-sia engkau mendekap sunyi
sedang seisi dadamu tak mau diam
oleh riuh rindu
Lalu ia menuliskan namamu
dalam ayat-ayat suci,
tapi aku hanya membisu
Puasa, kita bercakap
serupa angin dan daun
mengantar teriakan bumi
yang pekat menjelma asap
Katamu: rindu saja musim semi
sebagai gugurnya jarak yang menghalangi,
ludah telah tercetuskan pada tanah
tapi niat batin di benci dahan rekah
Lantas tinta mekar,
tapi sulit mewangi aroma paling harum
sebab sajak telah menjadi tangis
dalam larik seorang bait
dan aku merayu langit
agar semesta tahu,
bahwa lailatul qadar itu!
Bentuk sajak sang pencipta cinta pada mu
Tegal, 19 April 2022
Penulis : M. Maulana Malik Ibrahim