Diskusi Spesial Ramadhan
Menanti Layla, Berjumpa Qadri
![]() |
Dokumentasi LPM Tanpa Titik |
Rabu, 20 April 2022 telah dilaksanakan diskusi rutinan LPM Tanpa Titik dengan tajuk "Menanti Layla, Berjumpa Qadri" dan dipantik oleh dulur Lutful Hakim. Namun, diskusi kali ini berbeda dengan diskusi-diskusi sebelumnya, karena bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Diskusi kali ini dibarengi dengan khotmil qur'an 30 juz dan juga buka bersama.
Diskusi dimulai pada pukul 15.30-17.30, dibuka oleh moderator. Seperti biasa diawali membaca surat Al-Fatihah sebagai pembuka agar diskusi berjalan dengan lancar. Lalu dilanjutkan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya stanza I, II, dan III yang dipimpin oleh dulur Ilwan.
Kemudian dilanjutkan membaca muqoddimah secara bergilir oleh peserta diskusi.
Dilanjutkan dengan pemaparan muqoddimah oleh pemantik. Pemantik menjelaskan mengapa ia mengambil tema Menanti Layla, Berjumpa Qadri. Ia mengakatan bahwa ini sebuah momen dimana bulan Ramadhan identik dengan malam laylatul qadar.
"Layla sendiri itu diartikan sebagai perempuan, dan Qadri laki-laki. Dan juga laylatul qadar dalam disiplin ilmu nahwu ada mudhof-mudhof ilaih dan ada pertemuan dua isim yang dijadikan satu. Maka jadilah Layla dan Qadri." Jelasnya.
Dulur Lutful juga menyampaikan bahwa laylatul qadar merupakan suatu keunggulan, keistimewaan, atau mazaya yang penuh dengan peristiwa di bulan suci Ramadhan.
Dari pemaparan diatas, peserta diskusi sangat antusias dalam menanggapi pemantik. Lalu, muncul pertanyaan dari dulur Iin. "Terkait tadi yang sudah dijelaskan, apa saja sih tanda-tanda laylatul qadar?"
Kemudian, dulur Nanda menjawab pertanyaan dari dulur Iin. Katanya, "Tanda-tanda malam laylatul qadar yaitu bisa berupa dengan fenomena alam. Seperti cahaya bulan lebih terang dari biasanya, hawa menjadi sejuk atau adem, tidak panas dan tidak dingin, tidak ada angin tetapi seperti ada angin yang menerpa dan diri merasakan kenyamanan."
Setelah penjelasan dari dulur Nanda, dulur Hanifah juga menanggapi dengan menambahkan pertanyaan. "Kalau seperti apa yang dijelaskan Nanda berarti tanpa ada malam laylatul qadar semua orang bisa merasakan fenomena alam tersebut? Dan tanda-tanda tersebut dirasakan oleh semua orang atau tidak?" tanyanya.
"Pada dasarnya ketika ada fenomena alam seperti itu semua orang memang bisa merasakannya. Tetapi ketika malam laylatul qadar itu tidak ada yang mengetahui bahwa malam ini itu malam laylatul qadar. Pun orang yang mendapatkan malam laylatul qadar tidak mengetahui bahwa ia telah mendapat malam laylatul qadar." Tutur Nanda.
Pemantik menanggapi bahwa fenomena alam tersebut merupakan pendekatan saintifik dalam malam laylatul qadar. Namun, faktor alam atau fenomena alam disini tidak melibatkan hawa sejuk atau adem. Tetapi fenomena alam disini yaitu air laut yang tadinya asin menjadi tawar, tidak turun hujan, dan juga suasananya tidak panas dan tidak dingin.
Kemudian, dulur Iwan menambahi bahwa malam laylatul qadar suatu malam kemuliaan, yang merupakan kasih sayang Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad SAW. Dan pada malam itu juga turun untuk pertama kalinya ayat Al-Quran yaitu surat Al-Alaq dari ayat 1-5. Serta pada malam itu para malaikat turun memenuhi bumi.
"Adanya laylatul qadar itu adanya suatu pembanding antara umat Nabi Muhammad SAW dengan umat-umat Nabi yang terdahulu. Yang dimana umat Nabi terdahulu itu umurnya panjang-panjang sampai ratusan tahun yang digunakan untuk beribadah sebanyak mungkin. Sedangkan umat Nabi Muhammad SAW umurnya cenderung atau bisa dikatakan pendek/tidak panjang. Sehingga akan timbul rasa minder karena tidak bisa melakukan ibadah yang banyak. Nah, keutamaan malam laylatul qadar yakni lebih baik dari seribu bulan, seribu bulan disini sekitar 83 tahun. Otomatis ketika kita mendapatkan malam laylatul qadar satu kali maka umur kita seperti ditambah 80 tahun, begitupun ketika mendapat dua atau tiga kali maka ditambah 80 tahun lagi. Sehingga kita umat Nabi Muhammad SAW akan menyamai dengan umat-umat Nabi terdahulu." tambah dulur Erul.
Kemudian, pemantik sedikit menambahi bahwa malam laylatul qadar itu malam dimana diturunkannya Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW. Atau yang kita sebut sebagai malam Nuzulul Qur'an. Namun, banyak perbedaan mengenai tanggal malam laylatul qadar dengan Nuzulul Qur'an. Tergantung pada diri kita masing-masing mau mengikuti yang mana.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.30. Diskusi ditutup dengan pembacaan sholawat maulaya yang dipimpin oleh moderator.
Setelah diskusi selesai, dilanjutkan dengan acara khotmil qur'an dan pembacaan tahlil. Pembacaan tahlil dipimpin oleh dulur Heri dan pembacaan doa dipimpin oleh dulur Agus Ainul Yaqin.
Menunggu adzan maghrib, semua dulur LPM Tanpa Titik membaca tahriman yang biasa dibaca sebelum maghrib.
Kemudian adzan maghrib telah berkumandang dan dulur-dulur LPM Tanpa Titik pun menikmati buka bersama.
Penulis : Amel