I TOLD THE STARS ABOUT YOU

 

I TOLD THE STARS ABOUT YOU

 



@marlenawels

 

“Alam memiliki metode liciknya untuk mengidentifikasi kelemahan kita” Aku menatapnya yang baru datang, melihatku seolah meminta izin untuk duduk disampingku.

Aku mengangguk, dan menimpali ucapannya, “Kau mengetahuinya? Seperti apa contohnya?”

“Perpisahan? Aku melihat disekelilingku. Banyak dari mereka yang menangisi perpisahan”

“Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Mereka selalu beriringan. Cliché. Kata orang, hukum alam” Dia hanya tertawa mendengar kalimat sarkasku.

“Tahu tidak apa nama bintang yang paling terang itu?” Ia bertanya sambil menunjuk langit, memperlihatkan bintang yang paling terang disana.

“Ini yang ingin kau tunjukkan? Meminta bertemu di malam hari, dan membahas tentang mereka?”

Ia hanya bergumam pelan, mengiyakan. “Aku tidak tahu. Apa namanya?”

“Sirius. Canis Major terkenal karena susunan pada rasi bintangnya terdapat Sirius, bintang paling terang di angkasa. Canis Major memiliki arti Anjing Besar. Itulah kenapa Sirius sering disebut sebagai Bintang Anjing”

Menjeda ucapannya, ia menoleh sebentar untuk menatapku, “Menurut mitologi, Canis Major dikaitkan dengan Laelaps, anjing tercepat di dunia yang ditakdirkan untuk menangkap apapun yang dikejar”

“Bintang Utara atau Bintang Kutub, bintang yang paling terang di rasi Ursa Minor, bintang apa itu?”

“Polaris. Bintang yang letaknya sangat dekat dengan kutub langit Utara. Mau tahu fakta tentang Polaris?” Aku mengangguk pelan.

“Bintang Utara ini tak pernah berpindah tempat. Tak pernah terbit dan tak akan pernah tenggelam. Polaris adalah bintang yang paling spesial, karena saat bumi dan bintang-bintang lain berotasi ia tetap pada tempatnya”

“Sebab Polaris berada pada jarak yang sangat jauh dari bumi, sehingga gerakannya akibat revolusi bumi, tidak mungkin bisa dilihat dengan mata dalam waktu yang singkat”

Ia menatapku lagi, dengan dalam dan berkata, “Polaris is the brightest naked eye star in Constellation”.

*****

Malam semakin larut, ketika mendengarnya yang masih begitu antusias bercerita. Tentang bintang. Tentang dirinya.

Aku tak akan pernah bosan menatapnya yang sedang menjelaskan bintang Polaris, si Bintang Utara paling spesial, katanya.

“Apa Polaris akan selalu menjadi Bintang Utara?” Aku bertanya, merasa jatuh cinta juga dengan si penghuni langit ini.

“Tidak. Diprediksi dalam 13 ribu tahun mendatang, posisi Polaris sebagai Bintang Utara akan digantikan Vega. Ini dikarenakan bumi berevolusi mengarah bintang Vega”

“Vega adalah bintang paling terang di rasi Lyra. Dan Vega sendiri merupakan salah satu ‘Summer Triangle’ bersama Deneb dan Altair. Mereka akan terlihat lebih jelas saat musim panas tiba di belahan Bumi Utara”

Raut wajahnya terlihat sendu, dan dalam hitungan detik ia tersenyum kembali, dengan sangat indah. “Dari Polaris aku tahu bahwa, tidak ada sesuatu yang abadi. Tapi, aku akan tetap menempatkanmu sebagai Polaris dalam hidupku”

“Tidak akan pernah terganti, meski oleh Vega sekalipun” Aku tertegun, ketika ia menatapku.

Ku alihkan pandangan dan berkata lirih, “Orang bilang cinta tak perlu terucap selagi bisa dirasa. Tapi, bagaimana jika aku mencintai dengan mendengar, sedangkan kau tak pernah mengucapkannya?”

Hening cukup lama terjadi, aku tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan. Matanya terlihat menerawang jauh ke depan.

“Gaia, aku menyukai namamu. Seperti Dewi yang pertama muncul di alam semesta, Dewi perwujudan dari bumi, Dewi Gaia”

“Mau mendengar tentang bintang Orion dan kisah dibaliknya?” Yang ku lihat, ia sedang mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

“Aku tidak menyukai Dewi Gaia dan bintang Scorpio” Dia tertawa mendengar jawabanku.

“Dewi Gaia yang menempatkan kalajengking sebagai rasi bintang, loh

Melihatku yang serius, ia mengehentikan tawanya. Berkata dengan suara rendah, “I don’t want to end things with you. Aku tidak mau kau menjadi hal terakhir untuk sesuatu yang tidak ingin ku akhiri”

“Gaia, di kehidupan selanjutnya saat kita terlahir kembali, jika takdir berpihak padaku dan semesta mengizinkan kita untuk bertemu lagi, aku pasti akan mengatakannya”

“Binary Stars. Bintang yang berpasangan. Sistem bintang yang terdiri dari dua komponen bintang yang mengorbit disekitar pusat massa. Saat itu tiba, aku berharap kita akan bisa seperti Binary Stars”.

*****

“Malam dimana kalian terakhir bertemu di bawah ribuan bintang, adalah malam yang paling luar biasa dalam hidupnya, katanya”

“Sudah 1 bulan berlalu dan aku tidak sanggup lagi untuk tidak memberitahumu. Dia sakit, Gaia”

*****

“Schedar. Ia adalah bintang tercerah kedua di rasi Cassiopeiae. Nama kakakmu, wanita yang selalu terlihat cantik, benar katamu. Ah, sepertinya aku jadi tahu banyak tentang benda langit itu”

Aku berdiri dengan kaki gemetar, “Jika kakakmu tidak memberitahu dan mengantarku kesini, sampai akhir pun aku tidak akan pernah tahu bukan?”

“Rasi bintang tertua yang dikenal manusia, salah satu rasi bintang paling terang dan indah, tersusun dari bintang-bintang berbentuk layaknya pria yang sedang mengacungkan pedang dan perisai, seperti seorang pemburu, bintang Orion”

Aku merasakan air mengalir dipipiku, mengusapnya kasar dan melanjutkan dengan tersengal, “Dalam mitologi Yunani, Orion adalah seorang pemburu yang handal. Kisahnya yang paling terkenal adalah, kematiannya”

“Keterampilan berburunya, tugasnya, yang membuat ia sombong. Berkata pada Dewi Artemis bahwa ia bisa membunuh semua hewan di bumi. Dan, karena kesombongannya inilah Dewi Gaia, murka”

“Dewi Gaia mengutus seekor kalajengking untuk membunuh Orion. Atas kemenangannya, ia ditempatkan sebagai rasi bintang Scorpio” Suaraku terdengar semakin lirih dan berantakan.

Semua hal yang telah kulewati dengannya, berputar di kepalaku. Bagaimana kita saling bertukar cerita, bercanda tawa, berkeluh kesah, dan bagaimana malam terakhir itu terasa begitu menyakitkan untukku.

“Itulah kenapa aku tidak menyukai Dewi Gaia dan Scorpio, kau jelas mengetahuinya. Karena jika rasi bintang Scorpio muncul, kau akan menghilang”

“Kau benar, alam memang licik. Ia tahu kelemahanku Orion. Berpisah denganmu”

Mataku semakin panas dan nafasku begitu memburu. Rasanya kakiku tidak kuat lagi menopang tubuhku.

“Isn’t love enough to make you stay?” Di bawah langit, suara tangis yang ku tahan sedari tadi memecah keheningan malam.

Pencahayaan dari lentera. Bintang, ngengat, dan nisan dengan namamu menjadi saksi bisu ketidakberdayaanku.

*****

 

By; Bunga Rosf

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama