Durinya Tangkai Si Mawar di PBAK


Pada 27 Agustus 2020, tepatnya hari kamis. Saya menyadari, selaku mahasiswa (sebenarnya) masih awam. Yakni tentang sistem struktural yang ada di kampus. Namun, pada hari itu pula saya (agak) mulai memahaminya. Karena di hari itu, bersamaan para teman mahasiswa sedang membicarakannya. Tentang S.K. Rektor yang memberitahukan sistem PBAK (Perkenalan Budaya Akademisi Kampus). Dimana acara itu keseluruhan panitia PBAK diambil alih dosen. Birokasi mahasiswa yang mempunyai wewenang, tidak terlibat dalam acara PBAK tersebut. Tak lain adalah  DEMA (Dewan Eksekutif Mahasiswa).

Hal itu jelas keliru. Apalagi ketika melihat keputusan Dirjen Pendis terkait teknis dari PBAK itu sendiri. Meliputi unsur pimpinan, dosen, karyawan, dan mahasiswa. Terlebih ketika teman saya dari mahasiswa HMPS (Himpunan Mahasiswa Jurusan), seakaan-akan dimasukkan begitu saja ke dalam struktural panitia. Padahal, mereka tak tahu teknisnya. Tanggal 1 September 2020 di hari selasa, diadakan pertemuan kepanitiaan. Yang seharusnya teman mahasiswa saya tidak tahu apa-apa, karena dia bukan ketua dari HMPS.

Kan seharusnya yang turut hadir di acara pertemuan tersebut adalah ketua-ketua HMPS. Toh nyatanya itu tidak diberitahu semua. Sungguh, tidak jelas sekali. Ndak harus begitukan caranya?

Kemudian berlanjut, tanggal 3 September 2020 pukul 11.00 di kampus. Teman saya dari kepengurusan DEMA ingin mengklarifikasi. Klarifikasi secara data, kepada bapak rektorat. Namun, responnya sangat disayangkan. Mereka tidak diberi waktu untuk itu oleh rektorat. Padahal, niat mereka baik. Ingin berusaha tidak ngawur ketika bertindak. Dan akhirnya, saya dan teman-teman mencoba diam untuk berpikir. Bersama untuk bergerak ke depannya mau bagaimana.

Yang pada titik akhir di antara poin dari pola pemikiran teman-teman, saya menyatakan kekecewaan terhadap sistemnya. Menarik diri dari kepanitiaan PBAK yang diagendakan tanggal 4-5 september pagi itu. Dengan adanya kejadian seperti ini, saya mencoba menulis huruf perhuruf sampai menjadi kata. Sampai kepada kalimat. Teruntuk kampusku, lekas membaiklah. Meminta hak kami kembali sebagai mahasiswa di IBN, untuk mengadakan MUBES (Musyawarah Besar). Menghadirkan keseluruhaan jajaran ORMAWA (Organisasi Mahasiswa) di IBN. Dan tentu para bapak dosen yang berpengarus di kampus.

Haruskah kau berikan duri, padahal kami sedang mencari si mawar yang indah di sini?

Oleh : Bujang kampus IBN

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama