LPM Tanpa Titik Gelar Acara Launching Majalah Edisi Kedua dan Bedah Buku
Dokumentasi LPM Tanpa Titik |
Tegal,
19 Maret 2022 LPM Tanpa Titik menyelenggarakan Launching Majalah edisi kedua
dan Bedah Buku Fiqh Perempuan dengan tema "Witing Tresno Jalaran
Perspektif Kang Liyo." Acara tersebut bertempat di Auditorium IBN Tegal
dan dimulai pada pukul 09.00 WIB dengan diawali pra acara berupa hiburan dari
UKM Bara Musik.
Kemudian
acara dibuka dengan sambutan-sambutan dari ketua panitia, pimpinan umum,
pembina LPM Tanpa Titik, dan testimoni majalah oleh wakil rektor satu bidang
kemahasiswaan, serta simbolik launching majalah dengan pemotongan pita dan
penyerahan majalah oleh pemimpin redaksi kepada wakil rektor satu. Acara
tersebut dihadiri oleh tamu undangan seperti dulur-dulur LPM Tanpa Titik,
perwakilan SEMA, DEMA, UKM, LPM luar se DK-Pekalongan dan para peserta bedah
buku lainnya.
Dalam
sambutannya, dulur Amalia sebagai ketua panitia menjelaskan mengenai alasan
memilih tema tersebut di atas. Ia mengatakan, "Witing Tresno Jalaran
Perspektif Kang Liyo" mempunyai arti cinta hadir karena adanya cara
pandang yang berbeda. Bisa terhadap sesuatu, entah itu teman, sahabat, atau pun
terhadap lawan jenis dengan pandangan yang berbeda. Kita tidak bisa menganggap
rendah, remeh, atau melecehkan makhluk apa pun. Karena, pada saat diciptakan,
Tuhan tidak merendahkannya.
"Sekelas
Tuhan saja tidak merendahkan makhluk-Nya, kenapa kok masih ada manusia yang
merendahkan atau melecehkan manusia yang lain?" Tuturnya.
Kemudian
dulur Lutful juga menyampaikan sambutannya mengenai alasan memilih tema
Kekerasan Seksual pada majalah terbitan edisi kedua ini. Ia mengungkapkan bahwa
ide tema tersebut berasal dari kegelisahan teman-teman LPM Tanpa Titik mengenai
berita yang beredar belakangan ini selalu membahas tentang kekerasan maupun
pelecehan seksual yang seakan-akan tak ada habisnya.
"Sampai
ada istilah, Indonesia darurat kekerasan seksual. Maka kami selaku tim redaksi
berusaha mengulik fakta-fakta mengenai kekerasan seksual yang terjadi di
Indonesia dan menyajikannya ke dalam rubrik majalah agar dapat dibaca
teman-teman semua." Ujarnya.
Tak
ketinggalan, Zaki Mubarok selaku pembina LPM Tanpa Titik mengatakan bahwa bedah
buku ini menjadi pijakan teoritis dan teologis bahwa membangun relasi yang
setara antara laki-laki dan perempuan adalah kewajiban bersama di semua tempat
dan waktu.
"Saya
sebagai pembina LPM, tentu saja mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada LPM Tanpa Titik. Semoga acara ini berjalan lancar dan forum tetap utuh
hingga doa penutup kegiatan. Inilah wujud integritas mahasiswa kepada
almamaternya." Ucapnya.
![]() |
Dokumentasi LPM Tanpa Titik |
Setelah
itu, acara dilanjutkan dengan bedah buku yang dimoderatori oleh Rosiana dengan
narasumber Husein Muhammad, selaku penulis buku Fiqh Perempuan. Diskusi bedah buku ini dimulai dengan
pengenalan profil narasumber terlebih dahulu oleh moderator, kemudian Husein
Muhammad memaparkan isi bukunya mengenai fiqh perempuan dan diskriminasi gender
dalam perspektif Islam.
Sebelumnya,
beliau mempertanyakan berbagai pendapat ulama’ masyhur mengenai superioritas
laki-laki terhadap perempuan secara mutlak. Beberapa pendapat tersebut umumnya
melihat sisi keunggulan laki-laki dari sisi akal, ketegasan, keperkasaan,
ketangkasan sehingga harus melindungi pihak yang lemah yakni perempuan. Beliau
mempertanyakan adanya pengaruh budaya masing-masing yang patriarki di setiap pendapat
tersebut. Karena bagaimanapun, pendapat dan gagasan tidak muncul dari ketiadaan
ruang dan waktu. Beliau memandang bahwa kehidupan senantiasa berkembang ke arah
yang lebih maju dan terbuka. Semakin banyak wanita yang memiliki kemampuan
intelektual yang secara relatif mengungguli laki-laki. Hal tersebut karena
budaya telah memberi peluang bagi siapapun untuk aktualisasi potensi yang
dimiliki.
Husein
Muhammad sendiri membagi pembahasan diskriminasi gender dalam tiga ranah.
Ketiga ruang lingkup pembahasan tersebut yakni aktualisasi fiqh ibadah,
kontekstualisasi fiqh munakahah dan advokasi fiqh muamalah siyasah. Ada salah
satu yang menarik dari ketiga pembahasan tersebut berkenaan dengan aktualisasi
fiqh ibadah, yaitu perihal kepemimpinan perempuan dalam sholat. Beliau
menggaris bawahi bahwa pada dipastikannya tidak ada fitnah. Maka, keabsahan
perempuan menjadi imam bagi laki-laki dibatasi yakni apabila laki-laki tersebut
sudah tua atau masih muda tapi berstatus hamba sahaya.
Acara
berlanjut dengan sesi tanya jawab, dan semuanya dapat berjalan lancar disertai
antusias para peserta dari awal hingga akhir. Sebelum acara ditutup, Husein
Muhammad menyampaikan clsoing statement terlebih dahulu.
![]() |
Dokumentasi LPM Tanpa Titik |
"Jangan
biarkan hari-harimu pergi tanpa membaca, menulis, membagi pengetahuan, dan
menebarkan cinta." Tuturnya.
Acara
kemudian ditutup dengan pembacaan do'a oleh beliau Husein Muhammad. Dan
diakhiri sesi penyerahan kenang-kenangan kepada narasumber dan moderator serta
foto bersama.
Mantap..
BalasHapusWowww mantab
BalasHapus