Resolusi Jihad 22 Oktober
Hari Santri Nasional ditetapkan pada
tanggal 22 Oktober. Hari Santri
Nasional 22 Oktober 2021 tidak lepas dari perjuangan bangsa Indonesia dalam
perjuangan jihad di tanah air tercinta. Arti jihad sendiri adalah berjuang/usaha/ikhtiyar
dengan sungguh-sungguh. Jihad dilaksanakan untuk menjalankan misi utama manusia
yaitu menegakkan agama Allah atau menjaga din/agama tetap tegak, dengan
cara-cara sesuai dengan garis perjuangan para Rasul dan Al-Quran. Sedangkan resolusi adalah putusan atau kebulatan
pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat
(musyawarah, sidang), pernyataan tertulis, yang biasanya berisi tuntutan tentang suatu hal.
Ada korelasi yang kuat antara
resolusi jihad dan perjuangan bangsa Republik Indonesia sebagai bagian dari
pembentukan tanah air. Nah, apasih resolusi jihad yang sesungguhnya?
Resolusi jihad menurut
sejarahnya, merupakan permintaan
kepada pemerintah Indonesia agar menentukan suatu sikap, tindakan, serta
usaha. Usaha yang akan membahayakan kemerdekaan, agama, serta
negara Belanda dan kaki tangannya.
Sejarah Hari Santri Nasional
merujuk pada satu peristiwa bersejarah yakni seruan yang dibacakan oleh
pahlawan Nasional KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Oktober 1945 silam. Itulah
mengapa diperingati sebagai hari santri pada tanggal 22 Oktober, yaitu Resolusi
Jihad Nahdlatul Ulama yang dipimpin oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari yang bertepatan pada tanggal 22 Oktober
1945.
"Berperang menolak dan
melawan penjajah itu fardu ain (harus
dikerjakan tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempuan, anak-anak, bersenjata
atau tidak) bagi yang berada
dalam jarak lingkaran 94 km dari tempat masuk dan kedudukan musuh. Bagi yang
berada di luar jarak lingkaran tadi, kewajiban itu menjadi fardu kifayah (yang cukup dikerjakan sebagian orang Islam
saja)," bunyi dua
kategori jihad dari fatwa tersebut.
Sejarah Hari Santri Nasional juga
tidak lepas dari momen Indonesia ketika memproklamasikan kemerdekaannya yaitu
pada tanggal 17 Agustus 1945. Resolusi jihad yang dicetuskan oleh Kiai Hasyim
Asy’ari menggerakan seluruh elemen bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan dari
agresi militer Belanda kedua yang membawa sekutu. Sebelum Resolusi Jihad, pada
tanggal 19 september 1945 banyak orang rela mati dalam peristiwa penyobekan
bagian biru dari bendera Belanda di Hotel Yamato Surabaya.
Kependudukan Jepang atas Indonesia akhirnya tumbang ketika mereka kalah perang melawan tentara sekutu. Seketika
itu pula, Jepang mempertahankan
kekuatan perangnya dengan melatih para pemuda Indonesia secara militer guna
berperang melawan sekutu. Para pemuda
yang dimaksud tidak lain adalah para santri. Dibalik pertempuran sejarah Hari
Santri Nasional, ada resolusi jihad.
Resolusi jihad mempunyai dampak besar di Jawa Timur. Pada hari-hari
berikutnya, resolusi
jihad menjadi pendorong keterlibatan santri dari jama'ah NU untuk ikut serta
dalam pertempuran 10 November 1945. Setelah pertempuran 10 November 1945
berlalu, Resolusi Jihad NU terus digelorakan.
"Tidak akan tercapai
kemuliaan Islam dan kebangkitan syariatnya di dalam negeri-negeri
jajahan", kata Kiai Hasyim Asyari.
Penulis: Nur Faizzah Kholisoh