Tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah, benarkah?
![]() |
Pict : Pixabay |

نوم الصائم عبادة
وصمته تصبيح وعمله مضاعف ودعاؤه مستجا ب وذنبه مغفور
“Tidurnya
orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya
dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni” (HR Baihaqi).
Lalu
bagaimana sebenarnya maksud dari tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah?
Apakah ada ketentuan khusus untuk menanggapi fadhilah ini?
Meski
hadist berkata demikian, bukan berarti harus tidur sepanjang hari, apalagi
tidak beraktivitas sama sekali. Walaupun tidur diperbolehkan, namun jika
dimanfaatkan untuk bermalas-malasan bukanlah hal yang baik selama Ramadan.
Padahal pada bulan tersebut pahala setiap amal ibadah yang kita kerjakan
dilipatgandakan. Nah, lalu jika hanya diisi dengan tidur seharian tentu akan
sangat rugi bukan?
Ibnu
Rajab menerangkan dalam kitabnya, “Jika makan dan minum diniatkan untuk
menguatkan badan agar kuat ketika melaksanakan shalat dan berpuasa, maka
seperti inilah yang akan bernilai pahala. Sebagaimana pula apabila seseorang
berniat dengan tidurnya di malam dan siang harinya agar kuat dalam beramal,
maka tidur seperti ini bernilai ibadah.” (Latho-if Al Ma’arif, 279-280)
Puasa
ramadhan adalah sebuah ibadah, maka tidur pada saat berpuasa yang bertujuan
agar lebih bersemangat dalam manjalankan ibadah juga dapat bernilai ibadah. Namun tidak berlaku
ketika seseorang mengotori puasanya dengan melakukan perbuatan maksiat, seperti
menggunjing orang lain. Dalam keadaan seperti itu, tidur pada saat berpuasa
sudah tidak lagi bernilai ibadah.
Mengenai
hal ini Ibnu Hajar al-Haitami menjelaskan:
“Abu
al-Aliyah berkata: orang berpuasa tetap dalam ibadah selama tidak menggunjing
orang lain, meskipun ia dalam keadaan tidur di ranjangnya. Hafshah pernah
mengatakan: betapa nikmatnya ibadah, sedangkan aku tidur diranjang” (Ahmad ibnu
Hajar al-Haitami, Ittihaf Ahli al-Islam bi Khushushiyyat as-Shiyam, hal. 65).
Maksudnya
adalah, tidur saat berpuasa dapat dinilai ibadah jika diniatkan untuk menghindari
maksiat seperti menggunjing yang dapat mengotori ibadah puasa. Intinya,
semuanya adalah tergantung niat. Jika niat tidurnya hanya malas-malasan
sehingga tidurnya bisa seharian dari pagi hingga sore, maka tidur seperti ini
adalah tidur yang sia-sia. Namun jika tidurnya adalah tidur dengan niat agar
kuat dalam melakukan shalat malam dan kuat melakukan amalan lainnya serta niat
menghindari maksiat, maka tidur seperti inilah yang bernilai ibadah.
Namun,
tetap saja kita tidak boleh menyalahgunakan rahmat Allah Swt. yang luas itu
dengan memilih tidur seharian. Lebih baik kalau kita menghidupkan siang hari
itu dengan membaca Quran, mengaji, zikir, sedekah, atau aktivitas yang
disunahkan lainnya.
Meskipun
Ramadhan ini memang sedikit berbeda akibat
pandemi Coid-19 yang mengharuskan kita berdiam diri di rumah, tetapi
agenda ibadah akan lebih baik dibandingkan tidur dan bermalas-malasan.
Terlebih, Allah telah menjanjikan pahala berlipat ganda ketika melakukan amalan
sunah saat bulan suci Ramadhan.
واللهاعلم
بالصواب
Penulis : Rosiana