Ngaji Jurnalistik
![]() |
Dokumentasi LPM Tanpa Titik |
Diskusi
rutinan Lembaga Pres Mahasiswa Tanpa Titik telah terlaksanakan pada hari Rabu,
06 Oktober 2021 dengan bertajuk “Ngaji Jurnalistik” yang dipantik oleh
Asyifa Suryani dan Vickar Adnanta sebagai pembanding.
Kegiatan
diawali dengan pembacaan surat al-fatihah sebagai pembuka. Kemudian
menyanyikan lagu Indonesia Raya tiga stanza dan dilanjutkan dengan pengucapan
terima kasih kapada seluruh anggota yang sudah hadir dan tamu undangan dari LPM
Mata Kampus.
Asyifa
menjelaskan bahwa jurnalistik secara umum ada empat pelabelan yaitu jurnal,
jurnalisme, jurnalistik, dan jurnalis. Empat pelabelan dalam jurnalistik berbeda dalam segi
arti. Label pertama tentang jurnal yang berarti catatan, sedangkan jurnalisme
dengan didasari kata jurnal dan mendapatkan imbuhan isme yang berarti ajaran
atau paham. Dalam istilah, jurnalisme diartikan sebagai ajaran atau paham yang berkaitan dengan jurnalistik .
Adapun
jurnalistik itu sendiri mendapatkan imbuhan istik yang berarti kaitan. Dalam
istilah, jurnalistik yaitu sesuatu hal-hal yang berkaitan dengan kepenulisan,
kewartawanan, atau berita. Untuk jurnalis itu sendiri diartikan sebagai orang
atau pelaku yang mengolah, mencari, dan menyampaikan informasi.
Secara harfiah
jurnalistik mempunyai arti catatan atau kepenulisan. Adapun secara konseptual adalah proses dimana kita mengolah dan mencari sebuah informasi dengan
aktual. Dalam pembuatan jurnalistik, kita harus mempunyai tiga teknik yaitu keahlian,
keterampilan, dan kemampuan. Jurnalistik juga mempunyai empat pilar yaitu yudikatif, ekskutif,
legislatif, dan pers.
Asyifa
menerangkan bahwa komponen utama dalam jurnalistik itu ada empat, diantaranya
adanya informasi seperti berita dan opini, kemudian kita harus menyusunan
informasi lalu menyebarluaskan informasi, dan yang terakhir adanya media massa.
Dalam berita sendiri harus mempunyai karakteristik yang menarik, aktual,
faktual, dan penting. Dalam pembuatan berita harus dilengkapi 5W+1H. Adapun
untuk opini sendiri dibentuk seperti artikel, tajuk rencana, opini mojok, dan
lain sebagainya.
Dari pemaparan
materi jurnalistik yang telah dijelaskan oleh Syifa, menimbulkan pertanyaan "Menjadi
jurnalis, susah atau gampang sih?"
"Gampang gampang susah. Dikatakan gampang karena
banyak pelatihan jurnalistik tersedia, dan dapat diakses dengan mudah. Asal kita mau
belajar. Untuk menjadi jurnalis tidak perlu dari lulusan ilmu
komunikasi, atau lulusan satra. Bisa dari mana saja, bersifat umum, sesuai
dengan basic, minat dan bakat. Dan dikatakan susah karena mengemban
tanggungjawab yang besar, di era sekarang banyak lembaga jurnalistik yang
menyeleksi secara ketat calon jurnalisnya. Seleksinya bertahap, ada yang lolos
dan ada yang tidak lolos. Selain itu juga dapat memengaruhi personal branding dari
si jurnalis tersebut." Tutur Syifa
Syifa juga membagikan 'tips ringan menjadi
jurnalis'. Diantaranya, perbanyak membaca, perbanyak menulis,
penasaran/rasa ingin tahu, berdiskusi, komunikasi, percaya diri, bersifat
skeptis, dan berhati-hati.
Kemudian,
pemantik menjelaskan karakteristik seorang wartawan, prinsip dasar wawancara,
dan juga memaparkan tentang jurnalistik online. Serta menjelaskan sembilan elemen
jurnalisme + 1 yang disempurnakan, dan kode etik Pers Mahasiswa yang dikutip
dari PPMI.
Selanjutnya,
moderator mempersilahkan para peserta diskusi untuk memaparkan apa yang
disampaikan pemantik dan bertanya mengenai tentang jurnalistik. Kemudian,
pemantik menanggapi pendapat dari peserta diskusi dan menjawab pertanyaan yang menyangkut
materi.
Setelah itu,
acara ditutup dengan pembacaan shalawat.
Maula yaa
sholli....
Penulis : Maulana
Editor : Amalia
kak kok singkat bngt yah lgi asik asik baca ehhh udahan
BalasHapus